Blogg Uji coba, yang dikelola Purna Prakarya Muda Indonesia (PPMI) Nusa Tenggara Barat (NTB). Kirim artikelmu ke redaksi NAYADA INDO nayadaindo@gmail.com

Tekan Play (tunggu sekitar 30dt)

TEPAL: SYURGA PECINTA KOPI LEVEL DUNIA

Ilustari
Sumbawa, NAYADA INDO -  
Sebuah desa di Pegunungan Batulanteh, Sumbawa, berada di ketinggian 900 mdpl. Desa tersebut bernama Desa Tepal. Desa ini merupakan salah satu desa yang selamat dari letusan dahsyat Gunung Tambora pada 1815 silam, menjadi tempat berdiamnya Suku Samawa yang merupakan suku asli masyarakat Sumbawa. Butuh waktu 4 jam mencapai desa ini. Mental pun harus siap menempuh lembah dan gunung sejauh 67 kilometer dengan menggunakan kendaraan off-road bermesin 4x4. Hal tersebut karena akses yang masih primitif, jauh dari kesan modern.
Keberagaman Kopi Indonesia seperti Kopi Sumatera, Sulawesi, Jawa dan Bali yang terkenal di beberapa negara, Indonesia juga punya Kopi Tepal yang merupakan hasil kekayaan alam wilayah Timur Indonesia. Kopi Tepal pun termasuk ke dalam salah satu jenis Specialty Coffee yang dikembangkan oleh pemerintah NTB. Sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Kabupaten Sumbawa, masyarakat desa ini umumnya berprofesi sebagai petani kopi. Ladang kopi yang tumbuh subur seluas 350 – 500 hektar di area desa menjadikan kopi dari Desa Tepal sangat terkenal di Nusa Tenggara Barat. Produksi kopi dari Desa Tepal mencapai 4 s/d 5 ribu ton per tahun. Harga biji kopi kering robusta berkisar Rp. 15 s/d 22 ribu per kg, dan kopi arabika harga jual seharga Rp. 15 s/d 30 ribu per kg.
Masyarakat Tepal menanam padi di lahan pertanian seperlunya yaitu sebagai bahan konsumsi, tidak untuk dijual seperti kopi. Lahan pertanian di desa Tepal berupa perswahan dan ladang yang digarap tiap tahun karena masyarakat Tepal mengandalkan air hujan.
Secara umum, terdapat 3 Jenis Kopi Tradisional yang ada di desa Tepal:
1.       Kopi Arabika
Memiliki cita rasa yang terbaik berasal dari Ethiopia. Dapat tumbuh pada ketinggian 600 – 200 meter di atas permukaan laut dan pohonnya dapat tumbuh mencapai 3 meter bila kondisi lingkungan baik dengan suhu optimal 18 – 260 derajat celcius.
2.       Kopi Robusta
Ditemukan di Kongo tahun 1898. Dapat tumbuh dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dan lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit.
3.       Kopi Luwak
Merupakan jenis turunan atau subvarietas dari kopi Arabika dan Robusta dengan memanfaatkan Luwak sebagai pengolah. 
Masing-masing jenis kopi berdaya saing nasional dan telah menjadi komoditi utama di wilayah Nusa Tenggara Barat. Produksinya mencapai 4000 – 5000 ton per tahun. Harga biji kopi kering jenis Robusta yaitu 15.000 – 22.000 rupiah per kilogram. Arabika dijual mulai 15.000 – 30.000 rupiah per kilogram. Ada juga kopi bubuk yang telah disangrai dijual dengan harga yang lebih tinggi.
Mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani kopi. Namun, keuntungan yang diterima para petani kopi terbilang rendah akibat penjualan yang terbatas pada biji kopi mentah yang telah dikeringkan.  1 karung biji kopi seberat 60 kilogram dijual dengan harga Rp 20.000 per kilogram. Dari hasil penjualan tersebut, masyarakat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok.
Walaupun dikenal sebagai daerah penghasil kopi, masyarakat justru lebih sering mengonsumsi kopi bubuk instan dibandingkan mengolah biji kopi yang mereka hasilkan untuk dikonsumsi. Menurut pengakuan warga setempat, saat ini terdapat satu badan usaha swasta yang telah berhasil mengembangkan usaha pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk. Produk tersebut bahkan telah didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia, hingga diekspor ke Jeddah dan Madinah. (dida)

0 comments:

Post a Comment